Tentang Kampung Enggros
Kampung Enggros merupakan salah satu kampung di wilayah administratif Kota Jayapura, Provinsi Papua. Terletak di Teluk Youtefa, kampung ini memiliki akses langsung ke laut, menjadikannya lokasi strategis bagi kegiatan wisata bahari.
Kampung Enggros dikenal sebagai kampung terapung — rumah dan fasilitas publik dibangun di atas air menggunakan tiang pancang. Rumah-rumah terhubung oleh jembatan kayu yang menjadi jalur utama warga.
Akses menuju kampung dapat ditempuh lewat jalur laut menggunakan speedboat dari Pantai Youtefa atau Hamadi, hanya 7–10 menit perjalanan.
Dengan keunikan budaya dan posisi strategisnya, Kampung Enggros menjadi destinasi wisata bahari dan edukasi budaya di Teluk Youtefa.
Berita Terbaru
Mama-Mama Enggros Siap Go Digital! Promosikan Wisata dan Kerajinan Melalui Brosur Online
Kampung Enggros, Kota Jayapura — Dalam rangka mendukung promosi produk kreatif dan potensi wisata daerah, tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) DPPM menyelenggarakan pelatihan pembuatan brosur digital menggunakan aplikasi Canva, bertempat di Aula Pertemuan Kampung Enggros. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mitra pengabdian dalam mempromosikan kerajinan tangan berbahan sisik ikan belanak serta paket wisata berbasis budaya dan lingkungan secara visual dan menarik melalui media digital.
Sebanyak 10 peserta (mitra pengabdian) yang terdiri dari pengrajin lokal, serta mama-mama yang aktif mengikuti kegiatan kampung dan pengrajin lokal mengikuti pelatihan dengan antusias. Mereka dibimbing langsung oleh anggota tim PKM, Axelon Samuel Renyaan, S.Si., MT. yang telah berpengalaman dalam pelatihan digital. “Di era digital ini, promosi tidak cukup hanya dari mulut ke mulut. Melalui Canva, masyarakat bisa membuat brosur menarik secara mudah, bahkan hanya lewat HP,” ujar Axel dalam pembukaan sesi pelatihan. Peserta diajarkan cara membuat brosur untuk mempromosikan produk aksesoris unik seperti bros, kalung, dan gantungan kunci berbahan sisik ikan belanak, serta paket wisata lokal seperti tur perkampungan nelayan, workshop kerajinan, hingga kunjungan ke spot alam pesisir yang masih alami.
Ketua Mitra Pengabdian, Mama Agustina, mengapresiasi kegiatan yang diadakan untuk sektor kerajinan dan pariwisata di Kampung Enggros sebagai langkah strategis untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif berbasis lokal. “Kerajinan dari limbah sisik ikan bukan hanya produk seni, tetapi juga daya tarik wisata. Kami ingin wisatawan yang datang tidak hanya menikmati alam, tapi juga membawa pulang produk khas buatan Mama-Mama di Kampung Enggros” jelas Agustina. Hasil desain brosur peserta kemudian dijadikan contoh yang sudah siap digunakan untuk promosi digital di media sosial, website kampung, hingga cetak untuk distribusi lokal.
Dari Laut untuk Lingkungan: Inovasi Warga Enggros Mengolah Limbah Sisik Ikan Jadi Produk Bernilai Jual
Dalam upaya mengurangi limbah organik sekaligus memberdayakan masyarakat lokal, sebuah pelatihan kreatif dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) DPPM yang berjudul “Peningkatan Ekonomi Kreatif Masyarakat dalam Mewujudkan Wisata Berbasis Digital di Kampung Enggros Kota Jayapura” diselenggarakan di Aula Pertemuan Kampung Enggros. Kegiatan ini diinisiasi oleh dosen FMIPA UNCEN berkolaborasi dengan dosen FST UOGP, dan diikuti oleh 10 peserta yang terdiri dari ibu rumah tangga, pemuda pesisir, serta pelaku UMKM di sektor kerajinan tangan.
Dalam pelatihan ini, peserta diajarkan cara mengolah sisik ikan belanak yang biasanya dibuang sebagai limbah menjadi berbagai aksesoris unik seperti bros, anting, kalung, dan gantungan kunci. Proses pembuatannya melibatkan pembersihan, pengeringan, pewarnaan alami, serta teknik perakitan.
Menurut anggota tim pengabdian, Sara Umbekna, S.Pi, M.Sc., selaku pemateri pembuatan aksesoris ramah lingkungan, sisik ikan belanak memiliki struktur yang kuat dan mengilap sehingga sangat potensial untuk dijadikan bahan dasar kerajinan. “Kami ingin menunjukkan bahwa limbah pun bisa bernilai jika dikelola dengan kreatif. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, hasil kerajinan ini juga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat,” ujar Sara Umbekna.
Ketua tim PKM, Nicea Roona Paranoan, M.Si., mengungkapkan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari program pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan yang akan terus didorong di wilayah pesisir. “Kami harap kegiatan ini mampu menumbuhkan wirausahawan baru di bidang kerajinan limbah organik, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah perikanan,” jelas Nicea.
Para peserta tampak antusias mengikuti pelatihan, dengan membuat karya aksesoris sesuai kreativitas masing-masing dan siap dipasarkan.
Pelatihan ini diakhiri dengan sesi foto bersama dan penyerahan inovasi dan teknologi kepada mitra pengabdian.